Tumgik
irmodayo · 3 months
Text
I tell him every place I want to visit, every unimportant thing I want to do. Then I forgot, but he remembered every word that I spoke.
He said, "kamu mau ke sini kan?"
He really knows how to make me fall more in love with him every single day.
1 note · View note
irmodayo · 4 months
Text
30/12
Aku sangat berambisi untuk membuat hidupku lebih bermakna, banyak melakukan kebaikan, serta penuh dengan kasih sayang dan kehangatan. Aku tak akan menunda-nunda waktu lagi untuk berbahagia. Aku tak akan malu-malu lagi dalam menunjukkan rasa peduli dan rasa cintaku kepada orang lain. Aku akan lebih jujur terhadap perasaanku sendiri. I'll celebrate every past, I'll cheer every present, I'll fight for every tomorrow. Sehingga setiap hari aku akan hidup dengan ikhlas. Tidak ada yang pernah tau aku akan hidup sampai kapan. Ya, semoga sedikit lebih lama. Setidaknya aku berharap sampai nanti aku bisa melihat cucuku memijaki usia belasan tahunnya. Tapi seberapa panjang perjalanan itu, pada akhirnya semua akan terasa seperti satu hari saja. Ketika nanti aku sudah kehabisan satu hari itu, aku ingin melihat ke belakang dan menangis berbahagia. Kemudian mengakhiri semuanya dengan kesadaran penuh bahwa ternyata aku telah hidup dengan baik.
0 notes
irmodayo · 5 months
Text
doa buat diri sendiri deh. nanti ketika cita-citaku terwujud, apalagi ketika punya kedudukan, semoga aku tetep andhap asor, ga lupa diri, dan baik sama semua semuanya. semoga hidupku dikelilingi hal-hal yang mendamaikan aja. semua bagian dari ceritaku yang bikin sedih, kecewa, marah, dan gelisah berhenti di tahun 2023 ya. aku mau hidup dengan nyaman tanpa perlu mengkhawatirkan ini itu. semoga sisa umurku ini disajikan Allah pengalaman-pengalaman yang membuat hatiku penuh rasa bahagia. walaupun kadang aku suka malu tertawa karena gigi kelinciku tapi aku sudah siap kok untuk Allah kasih kehidupan yang bikin aku seneng sampe ketawa lebar. semoga hajat, impian, dan cita-cita yang akan datang dimudahkan Allah dalam mewujudkannya. satu lagi, agak maksa, agak delulu tapi yaudah gapapa. nanti ketika aku udah nikah (sama kamu) ayo kita jalan-jalan ke edinburgh waktu musim gugur. sambil aku bawa bekal satu panci dimsum udang dan jamur item anget buat dimakan sambil sight-seeing terus kita bikin timelapse dipost di insta-story pake background musik ed sheeran yang paling romantis.
0 notes
irmodayo · 6 months
Text
Jika aku boleh menyebut, maka akan kukatakan bahwa kamu itu seperti perasaanku kala bangun tidur di hari minggu pagi —menyenangkan dan sedikit membingungkan. Cukup membuat pening untuk memutuskan harus kusebut hari itu sebagai awal pekan atau akhir pekan? Melihatmu, membuatku seperti mencoba berbicara dengan bahasa baru yang kemarin kupelajari. Hatiku penuh dengan perasaan-perasaan indah yang sulit diterjemahkan. Rasanya, aku mau waktu berhenti ketika aku sedang asyik menghitung berapa kali kamu tertawa karena aku yang asal bicara. Dari kejauhan, tidak ku sangka manusia sepertimu dan orang sepertiku bisa menjadi semakin serupa. Sejak malam hingga pagi, semakin banyak waktu yang aku sisihkan untuk mempelajari kamu, semakin aku menyadari hadirmu begitu berharga. Harapku besar, siapa tau nanti kita bisa menjadi rumah yang meneduhkan bagi satu sama lain. Sedang berbahagia atau sedang penuh gelisah, aku akan selalu berusaha bisa menjadi tempatmu bertumpu dan membersamaimu. Yaa..siapa tau. Nanti kita bisa duduk dan menghabiskan waktu hanya untuk sekedar fu…fu…fu…fu. Akan keperdengarkan kepadamu lagu-lagu romantis pilihanku, atau kubacakan kumpulan tulisan tentangmu yang kubuat saat pikiranku sibuk mengingatmu. Tapi sebelum sejauh itu, sudah tiba di sini saja aku bersyukur bahwa kamu masih menjadi manusia yang utuh. Meski katanya jatuh cinta akan dipenuhi kabar buruk, boleh tidak aku menepiskan itu dulu? Sebab kali ini aku merasa semua yang sulit bisa menjadi mudah karena aku jatuhnya kepadamu. Seperti burung yang melewati awan dan menembus angkasa, aku juga masih meraba. Tapi Tuhan, bolehkah ini saja yang aku perjuangkan?
Menyusun Kepingan Bunga Matahari : Bagian Kedua
7 notes · View notes
irmodayo · 6 months
Text
Paus, terima kasih untuk podcast terakhir kamu, we're okay, kid. Aku juga salah satu anak broken home. Ya, seperti yang kamu bilang kalo broken home tidak selalu mereka yang orang tuanya bercerai. Orang tuaku, mereka masih bersama-sama hingga detik aku menulis ini. Tapi jika melihat ke dalam, mereka seperti sedang tidak bersama. Mungkin sulit dimengerti dari luar, namun sebagai sesama anak yang menghadapi situasi menakutkan ini, kamu pasti akan paham. Setiap hari aku menyaksikan mereka bertengkar, berdebat, dan banyak perselisihan lain since I was 13 and now I'm 23. Aku nggak bisa bilang keadaan membaik, tapi setidaknya dengan bertambah dewasanya aku, aku jadi sedikit lebih kuat menghadapi itu semua. Aku juga tidak bisa mengklaim bahwa diriku sudah berdamai, karena pada kenyataannya mau seberusaha apapun aku mencoba memutar cerita sedih ini menjadi komedi, aku tetap saja akan menangis saat membicarakan perihal ini.
Ini tulisan pertamaku yang membicarakan tentang sesuatu yang selama ini aku tutupi dari semua orang. Aku merasa itu aib. Tapi sejak mendengarkan ceritamu, aku merasa aku harus memberi respon. Tanggapan yang kumaksudkan sebagai bentuk terima kasih karena sudah mau berbagi tentang hal menakutkan ini. Saat mendengarkannya aku merasa seperti dipeluk, seperti punya teman yang mengatakan bahwa aku bukan satu-satunya orang yang menderita. Kesannya sedikit jahat jika aku bersyukur karena mengetahui fakta bahwa ada orang lain yang merasakan kesakitan yang sama, tapi mengetahui kenyataan bahwa aku tidak sendirian, itu sangat melegakan. Jadi aku memutuskan untuk mengeluarkan isi perasaanku sebagaimana kamu melakukannya. Aku juga ingin membuat orang lain di situasi yang sama merasa tidak sendirian, just like the way you make me feel better. Aku pun ingin mengatakan kepada diriku sendiri bahwa hal ini sama sekali tidak memalukan, ini sudah menjadi bagian hidupku yang mengantarkanku pada titik dimana aku bisa menjadi diriku yang sekarang. Butuh banyak keberanian untuk jujur dalam tulisanku sendiri. Butuh banyak keberanian juga untuk menerima bahwa aku memang punya kekurangan. Butuh keberanian juga untuk menghadapi bahwa setelah orang lain membaca tulisan ini, mereka mungkin akan mengasihaniku, padahal aku tidak begitu suka dikasihani. Tapi aku tidak bisa selamanya berpura-pura bahwa kekuranganku itu tidak pernah ada. Suatu hari pun, aku pasti harus mengungkapkan semua ini. Maka aku memilih mengungkapkannya sekarang.
Paus, hampir setiap kata-kata yang kamu sebut, aku bisa merasakannya. That's why I cried, a lot. Aku percaya diri dengan semua yg aku punya. Aku tidak pernah merasa malu dengan warna kulitku atau gigi kelinciku. Tapi aku malu dengan latar belakang keluargaku. Aku berusaha menyembunyikannya dalam bentuk yang baik, namun pada ujungnya insecurity-ku kembali muncul. Aku pun baru saja merasakan puncaknya sekitar satu bulan lalu, ketika crush-ku menikah. Lucu sekali, Us. Aku sampai sakit satu minggu lamanya. Tidak bersemangat untuk bangkit dari kasur dan serasa asing dengan diriku sendiri. Mungkin yang teman-temanku lihat adalah aku yang patah hati karena putus cinta. Mereka berusaha membuatku merasa baik dengan mengatakan bahwa aku pasti akan menemukan penggantinya. Aku sangat menghargai itu. Sayangnya, yang membuatku patah hati bukanlah kepergian orang yang aku sukai. Namun perasaan tak aman yang menjadi hantu terbesar dalam hidupku. Tapi saat itu aku tidak bisa menceritakannya kepada mereka. Sama sepertimu, Us. Hantu ini membuatku serasa seperti aku tidak layak untuk siapapun. Ketika menerima kabar bahwa ia menikah melalui undangan yang diberikan langsung kepadaku, rasanya duniaku runtuh. Aku menghela nafas panjang, like you said, here we go again. Sedih sekali hingga aku harus mempertanyakan eksistensiku sebagai seorang perempuan, apakah laki-laki yang sempurna tidak ditakdirkan bersama seorang pasangan yang memiliki ketidaksempurnaan sepertiku? 
Selama ini aku berusaha meyakinkan diriku bahwa kekuranganku pasti bisa dimaklumi. Aku yang sebelumnya sangat takut untuk menyukai seseorang, saat itu telah memberanikan diri. Ketika aku sudah mulai yakin –bahkan aku berencena mengutarakn perasaanku, semuanya hancur. Melihat ia dengan calon istrinya beserta latar belakang keluarganya yang sempurna, membuatku malu. Aduh, siapa sih aku. Dalam proses menuju pernikahan, bibit selalu menjadi satu dari tiga pertimbangan filosofis sebagai kriteria pasangan yang berkualitas. Aku, tidak punya bibit yang bagus, Us. Kurasa nanti itu akan menjadi pertimbangan terberat dalam berpasangan. Sekarang, aku belum berani menyukai seseorang seperti aku menyukai dia. Hantu ini semakin menjadi-jadi ketika pada suatu waktu bergulir di beranda sosial mediaku. Lalu aku melihat sebuah unggahan yang mengajak open discussion soal perspektif masyarakat mengenai berpasangan dengan anak broken home. Aku kecewa, sebab mereka mengatakan bahwa anak seperti kita pasti berpotensi mengulang sejarah untuk kedua kalinya, jadi lebih baik dihindari saja dalam berpasangan. Paus, rasanya aku marah dan ingin memberontak. Semua pondasiku untuk berdiri tegap menerima keadaanku seolah tidak valid bagi mereka. Apakah serendah itu menjadi anak broken home? Padahal jika bisa memilih, aku tidak akan mau melalui jalan cerita seperti ini. Padahal kita juga punya mimpi untuk memperbaiki kesalahan kedua orang tua kita. Padahal kita juga punya angan untuk mengubah masa depan kita menjadi tidak abu-abu. Kakiku serasa terseok-seok, Us. Sebab semua keraguan menyerangku. Aku masih punya ketakutan jika insecurity-ku tidak bisa dimaklumi. Aku juga masih belum percaya diri untuk memulai hubungan. Mungkin nanti lelakiku bisa menerima, tapi apakah keluarganya bisa menerima keadaanku juga? Semoga bisa ya, Us. Akan melelahkan jika aku harus menjelaskan semua kepedihanku dari mula hingga akhir, tapi ya itu sudah menjadi konsekuensi dari takdirku. Untungnya aku masih optimis, bahwa Tuhan pasti memberikan hadiah yang lebih indah. Semoga lelakiku nanti bisa membantuku mewujudkan rumah baru yang lebih hangat. Aku ingin membuktikan ke diriku sendiri (bukan mereka) jika gadis kecil yang berasal dari puing-puing bangunan yang roboh juga bisa membangun rumah yang lebih indah. Aku ingin mengisi rumah yang lebih layak untuk suami dan anak-anakku nanti dengan cerita yang indah-indah saja. Aku ingin bisa diterima sebagai diriku, kekuranganku, dan masa laluku. Mimpiku dalam berkeluarga sesederhana ini, Us. 
Mari kita tetap jalan hingga menemukan rumah yang kita impikan. Meski rumahku yang sekarang berantahkan, aku berusaha membuat diriku sendiri tidak turut terkubur dalam puing-puing itu. Aku mencari prestasi dan membuat diriku dengan versi terbaiknya. Just like you said, my home is broken, but I’m not. Aku akan terus berusaha menjadi diriku sendiri yang tak kehilangan arah. Aku akan terus kuat untuk diriku sendiri. Kami sudah berjalan sejauh ini untuk bertahan, mereka mungkin belum memahami betapa berterima kasihnya aku kepada diriku dan semua anak dalam situasi sepertiku. Terima kasih karena telah mau susah payah bertahan dan tetap percaya akan janji keindahan dari Tuhan dan pengharapan kita sendiri. Tidak lupa juga untuk tetap menghargai diri sendiri dalam bentuk yang compang-camping dan hati yang berlubang, semoga kelak kita bisa menemukan seorang ksatria sehidup semati yang menjadi penyempurna dalam perjalanan mewujudkan cita. Aku akan selalu berdoa untukku, untukmu, dan untuk kita semua agar tak ada lagi mimpi buruk yang menakutkan. Semangat, ya. Semua yang sedih-sedih itu tidak abadi, kok. 
0 notes
irmodayo · 6 months
Text
Tumblr media
miran.jeju
3K notes · View notes
irmodayo · 7 months
Text
A character trait worth a million bucks for your family and close loved ones is to learn not to react in anger when someone makes a mistake. Our parents tought us that breaking a mug is followed by yelling, a spilled glass is followed by hectic movements and annoyance. What if our first reaction when someone made a mistake was to say "It's ok" in a soft voice followed by "let me help you clean this up" and feel frustrated in unnoticable silence. To make people feel safe, loved, supported. To take care of their own feelings of failure instead making them worse. No one makes a mistake on purpose.
1K notes · View notes
irmodayo · 9 months
Text
kamu terlihat keren. seperti bulan purnama yang terbang di atas gedung seberang kamarku. apalagi saat langit belum benar-benar berubah jadi gelap. terlihat lebih berkilau. bahkan aku tak sadar sudah lebih dari tiga puluh tujuh menit aku tak bergeming, dengan tangan yang menggantung keluar dari jendela kamarku. hanya menatap bulan, bukan benda-benda langit yang lain. aku merasakan kepanikan singkat saat berpikir demikian —aku tak mengerti. alasan sama yang tak kuketahui dengan mengapa tiba-tiba semua barangku berwarna hijau. padahal aku sangat menghindari warna itu. aku juga tak yakin ingin mengetahui alasannya. sedikit perlu kamu ketahui, aku lebih suka menyatakan bahwa bulan memiliki pantulan cahaya berwarna putih, bukan kuning. sebab putih memiliki semua panjang gelombang paling terang, dari setiap spektrum yang tampak. melihat bulan purnama yang sama kerennya dengamu adalah alternatif terbaik untuk menyelesaikan sore yang merepotkan. aku berharap bisa menjanjikanmu hari yang sempurna dan cerah. namun, jika ada satu hal yang sangat kuketahui dengan baik, itu adalah tak ada seorangpun yang bisa menjanjikan apa-apa.
Menyusun Kepingan Bunga Matahari : Bagian Pertama
3 notes · View notes
irmodayo · 1 year
Text
Love Note to No One
1st POV — A Question I can't ressist, you are my surge of happiness, Like glittered sea under the moonlight Or the radiant beam behind the clouds. But I am the thunder that people never wait. So I'm living my life asleep. What's left of me will be just a shame. Maybe I'm not built for love, Is it any wonder things get changed? When I know that will be just ours, Why do I keep running from the luminous of yours?
2nd POV — An Answer I rather sleep with the sound of thunder Than the sparkling star on the night sky. Our glance dancing when they meet. All I see of you is white lily, The purity of an un-understandable heart. I assure those eyes will smiles. Even suffers will no longer caused a missery. You don't have to say that you love me Or hate me at the same time. That will be just a lust of love between us. Give me a word, I'll write you a book in return. Thousands of pharagraph of my amazement to you, A never ending prologue, even if the last page has flipped.
Staring at Ceiling — 16
7 notes · View notes
irmodayo · 1 year
Text
Hari ini seorang teman bercerita tentang kesedihannya karena lelaki yang ia damba hendak menikahi perempuan lain. Padahal mereka sudah cukup dekat dan saling mengetahui perasaan satu sama lain. Memang momen-momen seperti ini adalah bentuk sebenarnya dari kutipan-kutipan ayat al-quran yang sering bermunculan di beranda media sosial seperti, "manusia boleh berencana tapi tetap Allah yang menentukan" atau "apa yang emang ditakdirkan buat kita nggak akan melewati kita" yang mana artinya jika memang belum saatnya dan bukan orangnya maka ya tidak akan terjadi, apalagi jika Allah belum meridhoi. Dari sinilah aku sedikit belajar, dibanding banyak menuntut kepada Allah agar aku dapat ini dan itu mungkin aku akan memperbaiki sedikit doaku dengan memohon agar Allah meridhoi keputusan yang aku ambil. Meskipun semua rencana adalah milik Allah tapi bukan berarti kita sebagai manusia hanya berdiam diri dan menunggu saja. Sebab sebuah rencana tak akan menjadi perwujudan jika tidak diberi usaha di dalamnya, bukan? yaa paling tidak berdoa adalah usaha paling pertama dan paling terakhir yang harus dilakukan jika kita tidak tau harus memberikan bentuk usaha yang seperti apa lagi.
Kembali tentang cerita romansa temanku, aku turut merasa sedih. Aku pernah bertanya pendapat kepada seseorang kawan yang lebih pandai dalam agama tentang sikap seperti apa yang harus kita ambil ketika kita mencintai seseorang. Ia pun menjawab bahwa mencintai adalah sebuah fitrah yang dimiliki manusia, tergantung bagaimana kita memelihara cinta itu. akankah kita menjaganya agar tetap sesuai fitrahnya atau malah merusaknya. saat itu aku tengah menyukai seseorang, bermula dari kagum hingga akhirnya muncul pemikiran bahwa sepertinya dia adalah orang yang tepat untuk aku labuhkan perasaanku kepadanya. Hmm tentu saja perasaan itu tak pernah aku utarakan karena aku tidak seberani itu. Tetapi ketika rasa-rasa ini tumbuh, there's a part of me saying that this may be wrong. Mengapa? karena perasaan cinta seperti ini tidak boleh menutupi besarnya cinta yang dimiliki seorang manusia kepada Yang Maha Memberi Cinta. Manalagi dia ini belum menjadi mahram, yang ada mungkin menit-menit aku memikirkannya akan menjadi dosa, wallahualam. Namun, ketika mendengar cerita temanku satu ini, aku jadi terpikir jikalau nanti dia menikahi perempuan lain apakah aku masih bisa tegar melihatnya?
Dari cerita seperti inilah aku memahami bahwa perasaan cinta (terutama sebelum menikah) akan tetap menjadi fitrah ketika kita mengembalikan urusan cinta itu kepada Allah yang lebih berhak mengatur segalanya. Kita boleh mencintai tapi jangan sampai cinta itu tumbuh melebihi dari cinta kita kepada Allah, sebab perasaan itu juga dapat berkembang menjadi bumerang yang nantinya menyakiti diri kita sendiri.
Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui apa yang tersimpan dibalik hati hamba-Mu. Engkau yang Maha Mengetahui apa yang membuat hamba-Mu senang dan membuat hamba-Mu sedih. Engkau juga yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Mu. Maka, jika apa yang membuatku senang adalah yang terbaik untukku, maka izinkanlah aku hidup dan berbahagia dengan takdir-Mu melalui ridho-Mu. Hamba meyakini pilihan yang telah kubuat adalah yang paling baik. Namun, jika ternyata hamba salah, maka lapangkanlah hati hamba untuk menerima kenyataan dan kuatkanlah hati hamba untuk senantiasa berpegang teguh pada keyakinan bahwa rencana-Mu jauh lebih baik. Hamba memohon ridho-Mu agar nantinya dapat menumbuhkan perasaan cinta bersama orang yang tepat, yang baik akhlaknya, yang kuat imannya, yang tinggi ilmunya, yang bagus pekerjaanya, yang menyenangkan dan mampu membuat kami saling melukiskan senyum satu sama lain. Tentunya seorang lelaki yang mampu memimpin dan menjaga kami agar tetap di jalan-Mu, yang rendah hatinya dan cakap tutur katanya. Seseorang lelaki yang mampu memberikan rasa damai dalam hati dan mampu mengerti kebutuhan, keinginan serta kekurang satu sama lain. Aamiin.
Terkesan terlalu banyak tuntutan dalam satu doa, tapi sudah selayaknya ketika kita berdoa maka memohonlah sesuatu yang terbaik untuk kita. Terlepas dari banyak doa lain yang terpanjat, dan terlepas dari sering atau tidaknya aku membicarakan soal perasaanku sendiri, semoga dalam 10 malam Ramadhan terakhir ini Allah mengabulkan setiap doa-doa kita.
— Suara Hujan 19
1 note · View note
irmodayo · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
evening bugs hunting
2 notes · View notes
irmodayo · 1 year
Text
My friend once told me that separation has never really been a thing. I smiled, but I stood with my loudest voice of disagreement.
Every time I meet new people I always wish this second to be meaningful. I always try to build a bond so strong, that's why sometimes I'm afraid that it will break apart. Often times I look at them preciously because I know that every meeting will end in separation. and I don't know I'll be separated from them in wich way. since I want to live the present so I'll think about it later.
I always grateful for every laugh and emotion we spent together. Maybe it will be our last hang out or our last conversation, no one knows. Maybe in 5 or 7 years we will slowly start to separate from each other and live our own life without even realizing it. Probably this one is going to be the worst because we never had a chance to say goodbye. But it has been a good bye —uhm but I hope it wouldn't be a bye and we will meet again in another chance, maybe?
One day we will throw those momments back by seeing our old picture. Those good old day that was captured in a single frame, with our young spirits that know no limit of fear. Then suddenly we will get hit by the fact that time has passed for so long. The desire of both crying and smiling as the memories come flooding back to you will be hurt a little, knowing that the place and the people are what makes one piece of photo has thousands of words to be described. Memories matter, there is so much to tell about the stories between hello and goodbye.
Katanya pertemuan akan selalu berakhir dengan perpisahan agar kita tidak menjadi manusia yang rakus. sejatinya sebuah perjalanan tanpa akhir bukanlah sebuah perjalanan. but if I am able to fight the fate, my friend, I'm not going to let it happen.
— Suara Hujan 18
3 notes · View notes
irmodayo · 1 year
Text
Masalahnya, terletak pada diriku sendiri
Mungkin cerita ini dimulai ketika aku belajar tentang apa itu arti tanggung jawab dari kedua orang tuaku. Bagaimana aku selalu (secara tak langsung) dituntut untuk selalu tidak bergantung pada orang lain, setidaknya aku harus bisa berusaha untuk diriku sendiri. Ketika menginginkan sesuatu, aku akan dibiarkan mereka bersusah payah memperoleh semuanya dengan kaki dan tanganku sendiri. Meskipun aku tak bisa menopang banyak orang, paling tidak aku harus bisa menciptakan rumah untuk diriku sendiri.
Namun, seiring waktu berjalan, aku pun membiarkan satu hal terluput. Sebuah kenyataan bahwa aku hanyalah seorang manusia, yang juga membutuhkan orang lain. Bahwa sekuat apapun aku berusaha berdiri, akan selalu ada saat dimana aku akan menjadi lunglai tak berdaya.
Aku terbiasa meminjamkan diriku untuk orang lain —bersedia memberikan apapun yang ada dalam genggamanku ketika mereka meminta. Tapi aku lupa, jika aku juga butuh diperlakukan seperti itu oleh orang lain. But, we are not talking about people pleaser or the fact that being kind is my weakness. Bukan sama sekali.
Ringkasnya, I gave all that I had for others, but I never give all that I need for myself. Aku selalu membantu mereka, tapi aku sebisa mungkin tak meminta bantuan mereka. Aku selalu mendengarkan kesedihan orang lain. Tapi aku tak pernah sekalipun meminta orang lain untuk mendengarku. Bukan enggan, bukan segan. Aku hanya tak bisa. Karena terbiasa berusaha sendiri dan menyelesaikan masalah sendiri, sedihpun aku berusaha menikmatinya sendiri.
Lalu dengan semua itu, apakah aku membohongi diriku sendiri? Tidak juga. Aku tau dan sadar betul atas setiap emosi yang aku rasakan. Aku tak berpura-pura di hadapan orang lain. Kasarnya, aku adalah orang terbuka yang tertutup. Berkali-kali orang disekitarku selalu berkata jangan melakukannya sendiri, mintalah bantuanku, jika sedih berceritalah padaku, dan banyak hal serupa. Tapi tetap saja, setiap rasa sedih, bahagia, sakit, dan syukur aku menyimpan semuanya sendiri. Hingga habis lembar buku harianku, hingga bosan dinding kamar mendengar tangisan dan tawaku. Semoga, Tuhan juga tak berdecak lidah melihatku terbangun lagi dengan pikiran yang ramai dalam diamku di pagi hari hingga sepi yang sesak saat malam mendayu-dayu.
— Suara Hujan 17
2 notes · View notes
irmodayo · 1 year
Text
eye-pleasing scenes from Summer Strike
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
6 notes · View notes
irmodayo · 1 year
Text
The Warmnth of Crash Course in Romance
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
19 notes · View notes
irmodayo · 1 year
Text
There are so much life I have to put in my little world. It takes sadness to know what happiness is, noise to appreciate silence, and absence to value presence. I saw people facing their everyday struggle, but no one pats them on the back not even a person to count their tears. I empathize them just like the way I empathize myself. It is a different kind of pain when I don't cry anymore. All I do is take a deep breath and accept it. I stare outside the window, thinking that there has to be more life to live than this. When I think I have nothing left, I tell myself that I still have another sunset to catch, paper to write on, God to lean on, and new beginning. In my solitude, I believe that I can walk straight through hell with a smile. Once again, I want to remind myself that one day this is going to be worth it.
— Suara Hujan 16
4 notes · View notes
irmodayo · 2 years
Text
She lives the story she can't write, in the triumph she dies. At her age with a pocket full of truth, she talk all the pain like it's no big deal. Comforting others with the words she wish to hear. Her smile is the only piece of baggage she had carried anywhere. But I know that she feel like a piece of her is dead inside. She doesn't believe that time will change their mind. But there is a hierarchy, she is sure that there are so much love to be found in the mundane. She is trying to show them the power that is strong enough to bring sun to the darkest day. Growing up and seeing the world following the season anywhere she goes. In the other words, I know she won't hurt anymore.
— Suara Hujan 15
2 notes · View notes