Tumgik
breathnans · 1 year
Text
Be so fucking proud of yourself for passing the hardest moments alone while everyone believed you were fine.
74K notes · View notes
breathnans · 1 year
Text
“I hope you fall in love with someone who never lets you fall asleep thinking you’re unwanted.”
— Unknown
2K notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
Aku janji akan kembali, tunggu ya.
0 notes
breathnans · 3 years
Text
Akan menjadi panduan:”)
Tutorial Jatuh Cinta
Jatuh cintalah pada seseorang yang perasaan cintanya lebih besar darimu. Karena ia akan membuatmu menjadi sangat berharga. Bersedia untuk melakukan hal-hal kecil untukmu, menggendong anakmu saat kelelahan, membiarkanmu tetidur dan ia membereskan rumah, membelamu jika ada orang lain yang menyerangmu, menyediakan makanan-makanan kecil saat kamu malas memasak, dan tidak marah-marah saat kamu menghabiskan uang yang digunakan untuk kebutuhan kalian berdua. Jatuh cintalah pada seseorang yang memiliki cara berpikir yang baik, yang luas, yang terbuka. Karena di dalam pikirannya nanti kamu akan tinggal. Karena cara berpikirnya itulah yang akan kamu hadapi selama kalian bersama. Tentu merepotkan tinggal bersama orang yang ternyata cara berpikirnya mudah menerima hoax, tidak bisa mencerna informasi dengan baik, tidak bisa mengambil keputusan dengan bijak, tidak ada keinginan untuk berkembang, tidak punya pendirian yang kuat. Lelah sekali tinggal di pikiran yang seperti itu, bukan? Jatuh cintalah pada seseorang yang mudah diajak berbicara. Kamu tak perlu merasa takut untuk mengutarakan segala isi hatimu, mengutarakan segala penatmu, mengajaknya berdiskusi untuk keluargamu. Tentu tidak enak jika selama bersama, kalian tidak bisa membicarakan hal-hal penting untuk keluargamu. Bahkan, untuk sekedar mengatakan bahwa kamu lelah dan memintanya untuk mengasuh anak sebentar saja, kamu takut. Tak leluasa untuk berbicara. Padahal, memiliki teman bicara seumur hidup yang nyaman itu benar-benar anugrah yang tak ternilai.
Kalau kamu ingin jatuh cinta, tutup sejenak matamu dari hal-hal yang kamu lihat darinya. Rasakan dari hatimu, berpikirkan sejauh mungkin. Seberapa bisa kamu hidup dengan sosok sepertinya. Karena apa yang kamu lihat dari matamu, seperti kecantikan/ketampanan itu akan usang dimakan usia, harta bisa hilang, jabatan bisa lepas.  Kalau nanti kamu jatuh cinta, kamu tak lagi takut jatuh ditempat yang menyakitkan karena kamu bisa memilih di tempat seperti apa cintamu jatuh. Hati-hatilah memilihnya. Kalaupun harus menempuh jalan yang panjang dan berliku, tidak apa-apa. Kalau harus menempuh waktu yang lama, tidak apa-apa. Tidak apa-apa.
©kurniawangunadi
3K notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
Moment To Recharge #3
Betapa semakin istimewanya bulan Ramadhan, sebab Allah SWT menurunkan seutuhnya qalam-Nya kepada Malaikat Jibril bertepatan pada bulan yang mulia ini yang kita menyebutnya Nuzul Qur’an. Jujur, saya baru memahami hubungan keduanya: Ramadhan dan Al-Qur’an. Menjawab kebingungan saya keterikatan diantara keduanya: “mengapa ketika bulan Ramadhan sangat diwajibkan bagi umat muslim untuk semakin berlomba-lomba dalam amalan kebaikan terutama mendekatkan diri pada Al-Qur’-an?”
Dari Ibnu Umar r.huma, berkata bahwa Rasulullah SAW Bersabda:
“Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Alquran). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (Hr. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i)
Sungguh, diri ini malu ketika mendengar penjelasan pembicara, Teh Juan, akan hadist di atas. Ternyata, hal-hal yang saya bandingkan dengan orang lain, hal yang dipermasalahkan hanyalah hal-hal tidak penting menurut Allah. Memusingkan hal-hal receh, yang bahkan gak bisa bantu saya masuk surga. Buang-buang energi, waktu, pikiran untuk membandingkan diri dengan orang lain yang padahal Allah tidak memandang baik-buruk saya dari hal tersebut yang kebanyakan bersifat pencapaian duniawi.
Sungguh, luar biasanya Al-Qur’an yang menjadi Qalam-Nya, diturunkan sebagai mukjizat bagi nabi terakhir yakni Nabi Muhammad SAW, sebagai petunjuk kehidupan bagi makhluk-Nya dan umat Nabi. Tidakkah saya merasakan kasih sayang-Nya?.
Ketika saya membaca Al-Qur’an, Allah beri saya imbalan berupa pahala dan kebaikan Al-Qur’an. Melalui Al-Qur’an, Allah buka pintu-pintu kesempatan untuk berubah dan bertransformasi pada diri makhluk-Nya menjadi manusia yang mulia dengan value, prinsip, akhlak, kepribadian, karakter yang sejalan dengan nilai Al-Qur’an. Tidakkah saya melihat kebesaran-Nya?
Sungguh, Allah SWT telah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan penyelesai masalah bagi kita dari bangun tidur hingga tidur kembali, dari hal sederhana hingga kompleks, dari masalah pribadi hingga bernegara, dari jauh-jauh sebelum dilahirkan hingga meninggal dunia, dari jaman jahiliyiah hingga hari kiamat.
Kajian Kelas Ramadhan Maksimal @kelasmengejarcahaya ㅣ18 April 2021
#momentnyaNandaRecharge
2 notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
Even they dont need to hear that truth?
“Just be fucking honest about how you feel about people while you’re alive.”
— John Mayer
1K notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
“Akan ada hikmah dibalik peristiwa, jawabannya gak mungkin langsung saat ini tapi nanti... sesegera mungkin. Percaya ya?”
- rapalan harapan sebagai pengingat untuk kuat hati dan waras pikir.
0 notes
breathnans · 3 years
Text
We destined to cross same path. But without any a single aim. Then, we moved along with goodbye cause we were realized, God created “us” only for shortcoming.
0 notes
breathnans · 3 years
Text
Terima kasih telah menuliskan ini, Mas Gun!
Puasa Hari 1
Mungkin kita baru menyadari bahwa sebagian besar dari kita akan menjadi manusia biasa di bumi ini. Tidak dikenal banyak orang, tidak menjadi extraordinary dengan menjadi pendiri start up, memiliki perusahaan, menjadi pemimpin di sebuah tempat, jadi selebriti, dll. Kita hidup dengan menjadi orang biasa, bekerja untuk kebutuhan kita dan keluarga, hidup rukun dan damai dengan tetangga dan masyarakat yang lebih luas. Sembari menghidupkan mimpi-mimpi kecil kita; buka usaha kecil-kecilan untuk menambah pendapatan, belajar bahasa asing, menyekolahkan adik-adik, naik gaji, atau mungkin bermimpi untuk membeli hp baru di akhir tahun karena hp kita sudah waktunya ganti tapi uang yang kita miliki masih dipakai untuk prioritas yang lain.
Kita mungkin memang tidak bisa secemerlang teman-teman kita yang lain. Yang karyanya bisa kita saksikan di mana mana, yang pekerjaannya memberikannya gaji sebulan setara gaji kita setengah tahun atau bahkan mungkin dalam setahun, atau menjadi orang yang dikenal oleh banyak orang dan mengisi dibanyak acara, atau mungkin menjadi figur publik yang berani muncul ke permukaan sementara kita selalu menghindari pembicaraan dan hal-hal terkait politik, dan gerakan-gerakan lain. Dan inilah hal yang membuatku amat bersyukur sebagai seorang muslim. Karena penilian-Nya tidak terikat pada semua hal di atas. Kemuliaan tidak dilihat secara kasat mata seperti yang kita saksikan sehari-hari dan yang sering menjadi sumber ketidakbahagiaan kita karena sering membanding-bandingkan diri. Karena menjadi orang biasa, bukan berarti kita telah gagal dalam hidup, atau menjadi tak bermakna. Karena sekali lagi, ukuranNya bukan itu. Maka, penting untuk kita tahu dimana Dia meletakkan ukuranNya dalam menilai kita sebagai manusia. Agar, apa yang kita lakukan bukan lagi tentang menjadi biasa atau luar biasa. Melainkan bagaimana agar kita bisa memiliki hidup yang bermakna dan bermanfaat. 
Paling tidak, kita tidak menyusahkan orang lain. ©kurniawangunadi | 14 April 2021
498 notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
Moment to Recharge #2
“Lautan yang sama, menampakkan keindahan berbeda tergantung dari cara menyelam, spot menyelam, seberapa lama, dan seberapa dalam” - Teh Wilda.
Perumpaan ini, sengaja diciptakan Teh Wilda untuk memudahkan dalam memaknai keberadaan Al-Quran dalam kehidupan. Semakin kita menggantungkan hidup pada Al-Quran semakin akan terasa keindahan yang Allah tanamkan dalam Al-Quran. Keindahan yang All in One sebagai penolong, petunjuk, penyejuk hati, pelipur kesedihan, hingga penghilang kegalauan. Penyelesai masalah yang related sekali dengan permasalahan kita zaman sekarang.
Namun, hakikatnya tidak ada yang mampu menurunkan semangat kita dalam belajar kecuali dalam belajar Al-Quran atau dengan kata lain Allah berkata bahwa “Al-Quran adalah perkataan yang berat”. Kemudian, Allah pulalah yang berjanji sebanyak 4 kali pada kata kemudahan dalam mempelajarinya.
Berat, tapi Allah menjanjikan ini tidak akan menjadi kesusahan bagi makhluknya. Allah ingin menyampaikan bahwa:
“susah payahmu mencintai dan memahami Qalamku akan aku ganti dengan kenikmatan. Aku tidak menjanjikan ini mudah, tapi ketika kamu tidak menyerah dan mampu mengalahkan rasa kantuk, nafsu, malas, demotivasi, dan tergopoh-gopoh dalam melakukannya maka kamu akan sampai ke titik membahagiakan yang hakiki.”
Bahwa bahagia itu tidak selalu tentang kemudahan, tapi bisa jadi karena kita mampu melewati proses yang melelahkan.
Maka, akan menjadi pelecut semangat bagi diri sendiri untuk tidak berhenti berusaha menjadikan Al-Quran bagian dari hidup. Karena yang mampu membuat derajat kita tinggi adalah ayat terakhir yang kita baca ketika hidup. Kenapa? Karena tidak ada yang bisa menjamin kita adalah bagian dari orang-orang mukmin yang hatinya terpatri dengan Al-Quran.
Kajian Kelas Ramadhan Maksimal @kelasmengejarcahaya ㅣ11 April 2021 “Mari Menyelam Bersama: SAMUDRA HIKMAH”.
#momentnyaNandaRecharge
0 notes
breathnans · 3 years
Text
Kita Mungkin Bisa Menerima, Tapi..
Saya telah melewati fase ini, tapi pembelajaran yang terjadi dari lompatan fase itu tidak akan pernah lekang dan akan menjadi nasihat yang nanti saya teruskan ke anak-anak saya nantinya. Terkait memilih pasangan hidup.
Kita, sebagai remaja yang mungkin pada fase tersebut dilanda banyak keresahan terkait pasangan hidup, waktu yang terus bergulir memakan usia, kemudian dorongan dalam diri yang ingin segera masuk ke fase berikutnya. Hal-hal yang seringnya, membuat pikiran dan hati kita tidak stabil. Logika kita tidak berjalan dengan baik, begitu pula perasaan kita yang mudah sekali berubah-ubah.
Apalagi, saat kita dihadapkan pada kondisi dimana kita justru dipertemukan dengan orang-orang yang menguji value yang kita pegang selama ini. Ada hal baik yang ada pada dirinya, meski ada tapinya. Dan “tapi” inilah yang membuat kita kebingungan dengan diri kita sendiri.
Pada waktu itu, nasihat ini datang kepada saya. 
“Kamu boleh jadi bisa dan luas hatinya untuk menerima orang lain seburuk apapun masa lalu yang dia miliki, ditambah dengan asumsimu bahwa dia sudah berubah meski mungkin itu belum benar-benar bisa kamu validasi, tapi kamu berprasangka baik. Dia yang masih merokok, dia yang pernah berhubungan dengan perempuan di luar bayangan kita, dia yang shalatnya belum tegak lima waktu, segala sesuatu yang kita rasa, itu bisa diubah seiring pernikahan. “Boleh jadi kamu bisa menerima mereka dengan terbuka, tapi coba benturkan hal itu jika nanti ada anak-anak. Apakah kamu akan membiarkan anak-anakmu terpapar asap setiap hari di rumah bahkan sejak dia lahir? Apakah kamu menjelaskan dengan baik, dan membanggakan laki-laki itu nanti sebagai ayah dari anak-anakmu.”
“Inilah yang seringkali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Bahwa, sejatinya memilih pasangan hidup, salah satunya adalah bentuk kewajiban kita untuk menunaikan hak-hak anak kita memiliki ayah/ibu yang baik. Hak yang harus kita tunaikan. Kita tidak semata menikah hanya untuk kepuasan diri, ego, dan asumsi-asumsi kita.” “Selama kita masih punya keleluasaan untuk memilih dan membuat keputusan. Maka, seberat apapun upayanya. Kukira, itu tidak akan selamanya. Tapi, pernikahan itu, selalu kita harap akan baik selamanya kan?  Tak ada salahnya kita berusaha lebih keras dan lebih lama sedikit, berdoa lebih kuat lagi, kemudian memberanikan diri untuk melewati fase ini dengan lebih logis dan dengan iman. Agar langkah kita tidak didorong oleh ego kita untuk segera memiliki status, ego karena malu belum menikah sendiri, ego karena ingin seperti teman-teman kita yang lain, ego karena dirasa menikah itu menyelesaikan seluruh permasalahan hidup.”
Justru, pernikahan itu menambah masalah. Kalau kita salah menentukan pilihan, salah dalam membuat keputusan, masalah yang akan kita hadapi dalam pernikahan, akan jauh lebih sulit. 
Berjuanglah lebih lama sedikit, lebih bersabar, agar kita sampai pada pelajaran yang utuh. Agar kita sampai di titik, dimana kita bertemu dengan orang yang benar-benar membuat kita yakin dan percaya bahwa anak-anak kita, layak memiliki ayah/ibu seperti dia. Di sini, semua standar kita soal ketampanan, kekayaan, dan semua hal yang tampak permukaan akan luluh. Kalah oleh akhlak, kalah oleh karakter seseorang. Sebab akhlak/karakter adalah cerminan pemahaman hidup seseorang, cerminan pikiran-pikirannya, cerminan tentang visi yang ingin kita hidupkan.
Bersabarlah, sedikit lagi. Karena pernikahan yang seumur hidup, terlalu berharga untuk kita korbankan demi ego-ego dan perasaan kita yang tak mampu kita kendalikan saat ini. Kurniawan Gunadi
Yogyakarta, 17 Juni 2020
2K notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
Masih ada Waktu
Kalau kita masih punya kesempatan untuk berbakti, pulanglah. Tinggalkan sejenak ketakutanmu pada masa depan, materi, dan ketidakmapanan.
Karena, waktu yang beranjak ini takkan melibas kita karena bakti. Kalau pernah terbesit luka karena mereka pernah salah dalam mendidik dan membesarkan kita. Pahamilah bahwa pada masanya, itulah ilmu yang mereka miliki. Tentu berbeda dengan kita saat ini yang bisa belajar tentang pengasuhan sambil rebahan.
Kalau mereka masih ada. Pulanglah sejenak, lupakan ambisimu pada dunia. Lupakan ketakutanmu pada kemiskinan karena menunda impian. Karena keberkahan hidup tidak semata diukur dengan banyaknya harta. ©kurniawangunadi
756 notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
“Kebaikan-kebaikan langit itu kadang tidak bisa kita pahami. Mulai dari seberapa banyaknya, hingga bagaimana cara datangnya. Satu-satunya yang kita tahu, darimanakah sumbernya.”
— Choqi Isyraqi (via choqi-isyraqi)
1K notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
Biasa Saja
Tidak ada yang istimewa ketika seseorang bisa membeli rumah di usia 24 tahun. Sebab, banyak yang melakukan hal serupa dan bahkan lebih muda dari itu. Tidak ada yang benar-benar spesial ketika ada seseorang bisa membeli mobil di usia 27 tahun. Karena banyak juga yang melakukan hal serupa. Termasuk menikah di usia muda, tidak ada hal yang istimewa. Biasa saja.
Kenapa ada yang begitu bangga dengan itu semua? Seolah-olah memiliki atau menjadi semua itu, adalah sebuah keberhasilan karena bisa lebih dari teman-teman kita yang lain? Apakah sebenarnya, rezeki yang mengalir kepada kita dalam beragam bentuk adalah hal yang layak kita banggakan secar berlebihan? Mungkin, kita pernah sama-sama berada dalam kondisi tersebut. Merasa begitu hebat dan menakjubkan karena bisa melakukan sesuatu yang lebih, dibandingkan teman kita yang lain.
Sampai pada satu titik, pertemanan semakin luas dan berkembang. Apa yang dicapai ini, bahkan tidak ada apa-apanya dibanding teman kita tersebut. Dan, mereka jauh-jauh-jauh lebih rendah hati dan bersikap biasa-biasa saja dengan apa yang telah mereka capai.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah, saat kita merasa seolah lebih dari orang lain. Jangan diam ditempat. Pergilah ke tempat dimana kita di sana menjadi “keset”. Apa yang kita capai, tidak spesial sama sekali. Agar tidak ada benih-benih kebanggaan yang cenderung pada kesombongan dan merendahkan proses perjalanan hidup orang lain.
Kalau kita berhasil meraih sesuatu. Bersyukur. Kemudian, berlatih untuk tidak terlalu banyak berbicara. Karena, bisa jadi, apa yang kita bicarakan ini tidak benar-benar karena kita ingin berbagi, melaikan karena ingin diperhatikan.
©kurniawangunadi
886 notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
“Don’t use your energy to worry. Use your energy to believe.”
— Unknown
277 notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
“Not everyone deserves to know the real you. Let them criticize who they think you are.”
— Unknown
791 notes · View notes
breathnans · 3 years
Text
Tulisan : Tak Perlu Menahannya Pergi
Kalau anak-anak mau pergi ya nggak apa-apa, nggak usah ditahan-tahan nanti malah anak-anak nggak berkembang. Kalau kita sebagai orang tua sudah mendidiknya dengan baik. Nanti, kalau kita tua, anak-anak itu akan kembali dengan kesadaran dirinya.
Kurang lebih, itulah intisari dari apa yang diucapkan oleh ibuku ke saudara kami yang anak perempuan semata wayangnya mau menikah. Menikah dengan orang yang jauh dan mulai takut kesepian di hari tua karena tidak ada anaknya lagi di rumah, ikut suaminya. Dan barangkali, ini adalah salah satu hal yang terjadi di antara kita. Saat kita ingin sekolah, bekerja keluar kota di tempat yang jauh, menikah dengan orang yang jauh, orang tua kita menahan dan melarang kita. Kita mengiyakan meski dalam hati memberontak. 
Sebagaia anak satu-satunya, seingat saya, saya tidak pernah dilarang untuk melakukan semua itu. Dan hari ini, itu adalah hal yang sangat saya syukuri. Saya memilik ruang untuk melangkahkan kaki yang luas, bahkan ketika setelah saya menikah dan ingin tinggal sendiri. Orang tua, tidak pernah meminta kami untuk tinggal di rumahnya saja untuk menamani, sama sekali tidak. Saya dibiarkan mencari rumah sendiri, beli sendiri, bayar sendiri, beda kota, meski saya anak tunggal. 
Dan benar, pada satu masa. Saya ingin menemani orang tua saya, tapi memang bukan saat ini. Kembali ke desa, bersama anak dan istri, membersamai hari tua kedua orang tua saya. Saya yang tidak pernah dikekang untuk melangkahkan kaki, memilih untuk kembali. Rasanya, ketika jarang ketemu, tahu-tahu orang tua sudah terlihat semakin menua, ubannya di mana-mana, sudah memasuki masa pensiun.
Nilai kebijaksanaan itu juga yang akan kuturunkan ke anak-anakku nanti. Anak-anakku tidak akan kukekang mau pergi sejauh apa, mengeksplorasi dunia ini sesuai dengan kehendak hatinya, ketika dia mau menikah dan tak lagi tinggal di rumah ini pun, tidak apa-apa. Saya dan istri, tidak ingin menjadi beban langkah kakinya dalam menjalani peran-perannya di dunia ini.  Saya yakin dan percaya, kalau kami mendidiknya dengan baik, dengan kasih sayang, mengajarkannya kebijaksanaan hidup, dan tidak menjadi bebannya dalam melangkah, nanti juga dia akan pulang dengan sendirinya. Dan jika di antara kita ada yang saat ini, langkah kakinya sedang tertahan karena tak kunjung mendapatkan restu dari kedua orang tua. Jangan jadikan pengalaman tsb, sebagai pengalaman yang juga diberikan ke anak-anakmu nanti. Jadikan generasi kita, sebagai pemutus mata rantai tsb.
—————————————————————— Dan jika suatu saat Buah hatiku, buah hatimu Untuk sementara waktu pergi Usahlah kau pertanyakan ke mana kakinya ‘kan melangkah Kita berdua tahu, dia pasti Pulang ke rumah. Di Beranda - Banda Neira ——————————————————————– Yogyakarta, 17 Maret 2021
602 notes · View notes